Help you to be empowered with self-acceptance through life reflection

Batas Excuse

Jangan merasa tenang dengan ketidaksampaian pesan kebaikan.

Sebagai ibu, setiap pengasuhan yang diterapkan pada anak-anak, mengandung pesan kebaikan. Mulai dari nilai-nilai kejujuran, kesabaran, keberanian sampai hal-hal teknis bagaimana cara mencuci baju, memasak dan lain-lain. Jika ada satu pesan yang tidak tersampaikan dengan baik, apa yang terjadi? Bayangkan tentang anak-anak yang tidak memahami nilai kejujuran, apa yang terjadi? Berbohong bisa menjadi kebiasaan baginya.

Sebagai pedagang, memiliki filosofi mengapa ia memilih menjual suatu produk tertentu. Pedagang hijab memiliki konsep yang kuat atas perintah Allah tentang menutup aurat. Ia ingin menjadi bagian dari menolong agama-Nya dengan membantu para muslimah bisa menggunakan hijab sebagai pelindung aurat mereka. Ini sebuah pesan yang baik bukan? Bayangkan jika pesan-pesan kebaikannya tidak tersampaikan, apa yang terjadi? Aurat bertebaran di sepanjang mata memandang, tak lagi ada kehormatan bagi para muslimah.

Atau saya misalnya, memilih untuk menjual buku siroh anak, berdasarkan pemikiran pengasuhan ala Rasulullaah bisa dimulai dengan menceritakan kisah-kisah keteladanan pada anak-anak. Setiap kisah siroh, membawa hikmah kehidupan, yang bisa ditiru oleh anak-anak. Belajar dermawan dari sahabat Abdurrahman bin Auf. Belajar menyusun strategi dari sahabat Khalid bin Walid. Belajar bagaimana caranya belajar dari sahabat Anas bin Malik dan Abu Hurairah. Belajar tegas dan berani dari khalifah Umar bin Khattab. Belajar bahwa mencintai tak harus memiliki dari sahabat Salman Al-farisi. Dan masih banyak lagi kisah-kisah lainnya.

Bayangkan jika pesan-pesan kebaikan ini tidak tersampaikan, apa yang terjadi? Anak-anak tidak ada yang mengetahui, seperti apa persisnya sifat-sifat akhlakul karimah itu. Tidak ada yang bersedekah, apalagi berzakat. Mengupayakan penjualan dengan menghalalkan segala cara. Mencuri, merampok, mengambil hak orang lain menjadi biasa. Berbohong jadi habit.

Masih ingat kisah pasukan pemanah di Perang Uhud?

Lima puluh pemanah dipilih Rasulullaah, dengan Abdullah bin Jubair sebagai pemimpin. Mereka ditempatkan di atas bukit.
“Lindungilah kami dari pasukan berkuda musuh dengan anak panah kalian agar musuh tidak menyerang dari arah belakang kita. Tetaplah kalian di sini, baik kita dalam keadaan menang maupun kalah!” pesan Rasulullah kepada pasukan pemanah.
“Jangan kalian tinggalkan tempat ini, bahkan jika kalian melihat burung menyambar kami sekalipun kecuali ada utusanku yang datang kepada kalian. Jangan kalian tinggalkan tempat ini jika kalian melihat kami mengalahkan mereka kecuali ada utusanku datang kepada kalian. Lindungilah punggung kami. Jika kalian melihat kami bertempur, jangan tinggalkan tempat kalian untuk membantu kami. Jika kalian melihat kami mengumpulkan harta rampasan perang, jangan turun untuk bergabung bersama kami.
“Jika kalian melihat kami telah gugur, tetaplah di tempat ini dan seranglah musuh dengan anak panah kalian. Kuda tidak akan berani menghadapi panah. Sungguh, kita akan menang selama kalian bertahan di tempat kalian,” lanjut Rasulullaah.

Arahan Rasulullah sangat jelas. Komando Rasulullah sangat jelas, perintah Rasulullah sangat jelas. Tapi apa yang kemudian terjadi?

Ketika musuh tampak kocak-kacir, kaum muslimin mengira perang telah usai. Pasukan pemanah tergoda. “Apalagi yang kita tunggu? Kita telah memenangkan peperangan. Itu ghanimah kita, turun dan ambil bagian kita!” ujar mereka. Abdullah bin Jubair mengingatkan, “Hei tunggu! Lupakah kalian dengan perintah Rasulullah?”
Sebanyak 40 pemanah tetap turun. Tersisa 10 orang lagi termasuk Abdullah bin Jubair. Dan inilah yang kemudian menjadi awal dari syahidnya 70 sahabat. Rasulullah begitu sedih sampai menangis terisak-isak ketika menemuka jasad Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan Rasul-Nya.

Efek penyepelean dari satu area bisa berdampak fatal. Jangan sekali-sekali merasakan tenang dengan pesan kebaikan yang tidak tersampaikan dengan baik. Stop aneka ragam excuse yang dijadikan alasan. Stop menunda-nunda, nanti deh, besok deh, sebentar lagi, tunggu dulu. Sebab waktu bukanlah sumber daya yang bisa selalu kita miliki. Waktu adalah batasan. Waktu yang telah terlewati, tidak akan pernah kembali. Maka gunakan setiap satuan waktu sebagai satuan amal sholih, yakni menyampaikan pesan-pesan kebaikan.

Jikalau ada penolakan, tidak mengapa, tetap lanjutkan saja berkabar tentang pesan-pesan kebaikan. Kita tidak pernah tahu, yang mana diantara pesan-pesan kebaikan itu yang kelak jadi pemicu perubahan dalam diri seseorang.
Jikalau ada pengabaian, tidak mengapa, teruskan saja bercerita tentang pesan-pesan kebaikan. Kita tidak pernah tahu, kapan Allah akan mengijinkan seseorang mendapatkan hikmah dari setiap ketokan yang menyapa pintu hatinya.

Stop excuse. Excuse hanyalah tindakan mengasihani diri sendiri, upaya syaiton melemahkan manusia. Sampaikan pesan kebaikan pada setiap peluang yang ada, pada setiap waktu yang dimilki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *